Travel Partner

12:36

Hi people,
Sepertinya travelling semakin happening dan menjadi life style banyak orang ya. Bener nggak sih? Kali ini saya ingin menulis tentang travel partner. Meski sepertinya sudah banyak yang nulis tentang travel partner, saya juga pengen ikutan nih, soalnya sekalian curcol berbagi pengalaman pribadi. Semoga bermanfaat ya.

Tentukan Destinasi Travelling
Bagi yang sudah punya grup jalan-jalan, biasanya mencari travel partner bukan hal yang sulit. Justru biasanya sudah saling merindukan kebersamaan dan drama yang terjadi ketika travelling. Jika sudah beberapa waktu nggak jalan bareng, kenangan manis dari perjalanan terakhir bersama kawan-kawan akan sering hinggap di pikiran. Seolah menjadi reminder untuk segera mengajak si kawan segera berkelana lagi. Lalu rame-rame menentukan destinasi travelling selanjutnya. Seru ya :D

Sedangkan bagi yang belum punya rekan perjalanan permanen, maka destinasi akan menentukan siapa saja yang bisa kita ajak. Misalnya saja mau naik gunung, tentu kita harus mengajak paling tidak satu orang yang sudah tahu gunung yang akan didaki sebagai guide, baik guide berbayar maupun bukan. Setelah itu biar lebih seru, teman lain yang kira-kira hobi naik gunung atau teman yang belum pernah naik gunung tapi pernah menyatakan keinginannya untuk naik gunung yang akan jadi target yang kita ajak. Lain lagi dengan snorkling, jangan ajak teman yang takut renang untuk wisata ini. Salah pilih orang akan mengakibatkan wisata kita kurang menyenangkan. Cari teman yang memiliki minat pada destinasi travelling kita.

Wisata Singkat
Untuk wisata jarak dekat yakni di dalam kota atau ke kota tetangga yang dapat ditempuh pulang pergi dalam sehari maka kita bisa bebas mengajak siapa saja untuk turut serta. Bahkan teman yang paling rese atau bawel sekalipun. Poinnya "the more people the merrier". Justru si tukang ngeluh bisa memberi warna tersendiri dalam suatu perjalanan singkat. Tujuan utamanya melepas penat sesaat, jadi ketercapaian pergi ke destinasi lebih penting. Ini berdasar pengalaman saya yang pernah tinggal di rantau. Sebut saja Sumatera Barat. Jika hendak mengunjungi lokasi wisata maka lebih nyaman naik mobil pribadi. Saya belum lancar nyetir, jadi ajak teman yang jago nyetir akan membuat saya bisa mengunjungi lokasi wisata yang saya minati. 

Namun jika tujuan wisata dalam kota ini untuk menyepi, maka ajaklah teman yang sekiranya sudah mengerti tentang kebiasaan menyepi kita. Beberapa orang tidak biasa berdiam diri di destinasi wisata.

Wisata ke Luar Daerah/Pulau/Negara/Benua 
Memang yang antar benua itu agak berlebihan untuk ditulis dalam tips ya. Itu semacam impian saya supaya bisa segera ke sana aja sih. Ngarep, barangkali diamini oleh pembaca yang budiman :p

Untuk wisata yang jauh inilah diperlukan kriteria khusus untuk menyaring travel partner. Bukannya milih-milih teman, tapi berdasar pengalaman saya, jika memang baru sama-sama pertama ke luar negeri atau tempat asing lebih baik jika pergi dengan teman yang tidak pengeluh. 

Dari pembahasan di atas, saya akan menjabarkan beberapa hal utama yang dapat dijadikan patokan untuk mengecek kembali apakah rekan perjalanan yang kita ajak sudah tepat atau belum.
1. Hindari si "terserah"  
Jika teman perjalanan yang akan kita ajak punya dua mantra sakti "terserah" dan "ngikut aja", maka kita harus hati-hati. jangan-jangan dia nggak mau mencari tahu destinasi apa saja yang ada di kota yang kita tuju. Namun jika dia suka bilang dua mantra tadi tapi orangnya baik hati, nggak suka ngeluh dan penurut, maka kita bisa mengajak dia. 

Penting untuk tahu kesehariannya supaya menghindari konflik "keki-kekian" di jalan karena semua keputusan bisa jadi diserahkan ke kita. Kadang ada teman yang berpikir gini: karena kita yang ajak atau kita yang sering travelling maka kita sudah handal dan dapat diandalkan sehingga mereka tinggal ngikut. Kita bakal capek karena nyari info sendiri dan bingung mengambil keputusan sendiri, padahal fungsi travel partner adalah berbagi, bukan hanya kesenangan tapi susahnya juga dipikul bareng kan ya harusnya.

Kalau bisa sebelum travelling kita udah ketemu travel partner yang bisa diajak ngomong tentang destinasi dan sama-sama mau usaha nyari info sebanyak-banyaknya tentang lokasi-lokasi yang akan dituju. Rasanya bakal udah menyenangkan sedari tahap perencanaan jika travel partner kita rajin nyari info. Rasanya seru banget tiap diskusi tentang rencana perjalanannya.  Kita pun tenang, soalnya kalau nyasar pasti bakalan saling ketawa-ketawa aja karena tadinya udah sama-sama tahu susahnya nyari informasi dan ngapalin rute. 

2. Jauhi si perfeksionis
Teman yang tuntutannya tinggi ini paling susah dipuasin. Apalagi kalau si perfeksionis adalah penganut paham nomor 1, alias sukanya terserah. Alhasil sesampai di tujuan jika nanti dia kecewa pasti jadi bete, ngedumel, merepet atau pasang muka ga enak. Kita pun akan terbawa emosinya. Duh padahal kan jalan-jalan pengen bergembira. 

3. Jangan pelit dong, yang hemat aja
Ini juga penting nih. Di suatu forum traveller saya pernah baca ada seseorang atau beberapa orang yang sama-sama join suatu forum dan nggak sengaja ketemu di luar negeri ketika sedang jalan-jalan. Karena merasa satu komunitas maka mereka jalan bareng dan sepakat untuk sharing cost meski sebelumnya belum saling kenal. Ternyata ada satu orang diantara mereka yang nggak pernah ngeluarin duit dan ngakunya mau bayar entar di Indonesia aja. Alhasil ada yang dirugikan oleh si oknum dalam jutaan rupiah. Sampai beberapa bulan setelah acara jalan-jalan tersebut usai, si oknum tak kunjung melunasi hutangnya. 

Rugi banget ya udah nalangin orang yang nggak dikenal malah kena tipu. Sama halnya ketika kita sudah merencanakan akan berpartner dengan siapa ketika hendak berwisata. Jika teman kita pelitnya kebangetan ya disiasati gimana caranya supaya kita dan teman lain nggak dirugikan. Sedangkan mengajak teman yang hemat ini hukumnya justru wajib, soalnya biar ada yang ngingetin kalau kita kebablasan belanja atau kalap makan enak melulu. 

BUDGET merupakan hal yang sangat penting. Sejak awal kita harus fair bagaimana mekanisme sharing biaya makan bareng, nginep bareng dan pengeluaran bareng lainnya. Jangan sampai kita yang bayarin akomodasi dia karena kita nalangin dan akhirnya jadi piutang tak tertagih :p

4. Jangan jorok ya
Berdasarkan pengalaman saya pribadi, ada teman yang meski udah sekeringetan atau berminyak gimanapun dianya nyaman aja tuh tidur nggak mandi dulu. Kalau kalian sama begitu juga maka cocok-cocok aja lah ya. Kalau saya asalkan nggak ada bau nggak sedap sih nggak masalah. Juga asalkan beda bed. 

Saya sendiri nggak selalu mandi 2x sehari dalam keseharian. Tapi kalau bakalan tidur sama orang lain, secapek apapun pasti saya usahain mandi dulu atau minimal bersih-bersih.

5. Dia egois nggak ya?
Saya pernah naik gunung dengan serombongan teman kuliah kala itu. Salah satu teman kami ngeloyor aja jalan paling depan sehingga saya dan teman-teman terpaksa mengikutinya meskipun bingung teman kami itu mau kemana. Kami memilih mengikuti dia hanya karena tidak mau saling terpisah. Ternyata teman saya tadi nggak sabaran dan mau cepat sampai tapi milih jalur yang ngawur, akhirnya kami semua nyasar dan nggak dapat sunrise. Padahal di pergaulan sehari-hari teman saya ini baik dan kalem. Ternyata beda kalau udah di gunung dalam kondisi harus menyesuaikan diri dengan banyak kepala, pada suhu dingin dan situasi yang gelap. Setelah kejadian itu, saya jadi lebih hati-hati kalau mau naik gunung. Sebisa mungkin mengajak partner yang lebih tua supaya ada yang dihormati oleh semuanya sehingga kalau tetua bilang apa semua nurut. Biasanya lebih senior kan lebih bijak :')

Kalau teman cewek biasanya sering ngeluh capek pas jalan-jalan. Padahal mungkin keesokan harinya dia begitu ceria mengitari suatu pusat perbelanjaan sebanyak 5x. Ini menyangkut destinasi dan minat lagi sih. Kadang teman kita menjadi egois karena kurang berminat dengan suatu destinasi. Misalnya kita sebenarnya hobi lihat-lihat macam-macam hal dan situasi budaya atau alam, cari teman yang kesukaannya sama. Jadi sedari awal sudah disepakati dan ditentukan. Kalau kamu mau wisata budaya, jangan ajak teman yang maunya belanja doang. Nanti rugi waktu dan keduanya nggak menikmati perjalanan. Sebaliknya bagi yang hobi belanja, jangan ikutan yang suka alam ,nanti  nggak bisa belanja di gunung dan di laut lho. 

Kebanyakan traveller sekarang udah pada berani go show dan bahkan ketika ketemu sama orang asing yang sama-sama solo travelling kemudian gabung dan jalan bareng. Hal ini sesekali asik juga, cuma tetap hati-hati yah. Apapun yang terjadi jangan sampai merusak mood liburan kita. Ingat tujuan awal travelling adalah bersenang-senang bukan?

Bukan berarti ketika kita mau pergi ke suatu tempat lalu belum dapat teman yang pas malah jadi batal pergi ya, nggak apa-apa ajak teman seadanya, cuma siasati hal-hal yang krusial di atas dulu. Toh travelling kan kadang bukan cuma tentang refreshing, kebanyakan justru dapat pengalaman berharga yang patut dikenang dan dijadikan pelajaran biar semakin bijak.

The most important part is knowing yourself well and then choose which one of your friends you want to travel with.

Bentar lagi lebaran, mau jalan kemanaa?? :D

You Might Also Like

2 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram