Bali: Senja yang Teduh di Pantai Gunung Payung

05:30

Apa yang dicari di pantai kala senja? Sebagian besar mungkin ingin menikmati matahari yang membundar jingga di ufuk barat lalu berangsur-angsur tenggelam seperti ditelan bumi. Saya pun biasanya demikian. Namun demi Gunung Payung, si cantik yang bikin penasaran karena belum banyak dijamah wisatawan ini, maka saya rela tak melihat bagaskara tenggelam sore itu.
Gunung Payung merupakan sebuah pantai di kawasan Kutuh yang sangat dekat dengan Pantai Pandawa. Namun Gunung Payung usianya lebih muda dari Pandawa sehingga lebih sepi. Alasan lain kenapa di sana cukup sepi mungkin karena dibutuhkan perjuangan yang "cukup berat" untuk berkunjung ke pantainya nan elok. Ya, ratusan anak tangga menurun akan menyambut kedatangan kita. Saat turun tentu tak terasa capeknya karena rasa penasaran dan antusiasme bagaimana keindahan Pantai Gunung Payung menunggu di bawah sana. Belum lagi pepohonan bunga yang rantingnya tak berdaun karena kemarau membuat suasana di sana bak di negara subtropis yang sedang musim gugur. Indah sekali meski bunganya cukup jarang. Saya penasaran bagaimana tempat ini nanti ketika bunga-bunga di pohon itu kembali mekar di awal musim penghujan.
Sepupu saya yang baru lulus SD namun pemerhati instagram wisata Bali (salah satunya yang jadi acuannya jalan-jalan dan berfoto adalah @jpmpbali), memberi tahu saya bahwasannya spot foto di tebing sebelum pantai pada bagian yang banyak ilalangnya bagus dan banyak digemari anak-anak muda lokal. Maka kami pun berhenti di sana dengan mengendap-endap karena lokasinya cukup curam. Jika terperosot bisa tercebur ke pantai. Dari sini terlihat betapa jernihnya air laut Gunung Payung. Ingin sekali rasanya menceburkan diri dengan melompat ke sana, namun saya sadar bahwa saya tak bisa berenang. Haha...
Rupanya pantai ini area berpasirnyanya tidak se-panjang pantai lainnya. Seperti teluk yang sellau dipeluk mesra perbukitan di belakangnya. Pepohonan ala musim gugur semakin elok dilihat dari bawah. Dari kejauhan bunga pink bagaikan sakura nampak di ujung-ujung ranting. Dengan angin laut yang kencang dan dingin, rasa-rasanya saya sedang berada di sebuah pantai negara sub tropis. Ini karena Gunung Payung tak panas terik seperti pantai lain di Bali. Ia tersembunyi dari sinar matahari sore yang hangat.
Di sana kala itu hanya ada seorang nelayan yang sudah cukup tua sedang menjahit jalanya. Ia nampak damai dengan rutinitasnya itu, Tak bergeming dengan beberapa gelintir rombongan turis yang datang. Ada dua pasang muda mudi yang sedang asik berfoto mesra sembari tertawa ceria dan sesekali memekikkan teriakan bahagia mereka. Yang lainnya hanya tinggal dua tiga rombongan kecil, menikmati keheningan seperti saya. 

Bersyukur sekali saya bisa jalan-jalan, duduk-duduk sepuasnya dan menikmati deburan ombak yang menenangkan. Berjalan di pasir pantai dapat melepas toksin lho. Makanya banyak diantara kita yang kadang tiba-tiba rindu pantai jika lama tak menikmatinya. Tubuh kita secara alami menginginkan dekat dengan mother nature untuk mendetox dirinya dari berbagai tekanan yang harus dihadapi dalam keseharian. 
Di sisi kiri pantai terdapat rongga dan batuan besar seperti pantai di Belitung. Waspadai arus ombak saat hendak berjalan-jalan di area ini. Jika sedang surut maka kita bisa menikmati susur pantai hingga ujung batas pasir. Telusuri juga ujung lainnya yang asik untuk duduk-duduk santai.
Ketika hari menjelang gelap kami segera pulang. Sepupu saya memberitahu seberapapun capeknya kita menuruni atau mendaki tangga ketika datang dan pulang, tak boleh mengeluh "capek". Jika mengeluh mitosnya anak tangga yang kita tapaki akan semakin banyak. Percaya nggak? Kami pun mengganti capek dengan "istirahat dulu yuk", sambil kemudian tertawa terbahak-bahak karena saling melihat wajah satu sama lain yang merah padam dengan nafas tersengal.
Pura-pura meditasi saat istirahat, tentu wajah saya tak damai karena masih ngos-ngosan :p
Akhirnya kami kembali ke permukaan. Ternyata di sini kami disambut sunset yang sedang megah-megahnya. Dengan latar tanah cadas putih tentu cahaya matahari senja semakin kentara warnanya. Di belakang kami rupanya akan dibangun resort golf milik orang asing. Ibu-ibu penjual minuman di kedai atas Gunung Payung yang memberi tahu kami. Beliau sangat ramah sehingga kami mampir untuk sekedar membeli minum. Lalu kami pun terlibat obrolan tentang berbagai macam hal. Mengenai masih sepinya pantai ini sehingga kios-kios di sana juga sepi pengunjung. Dari Ibu tadi kami jadi tahu bahwa di Gunung Payung juga ada pura. Sepertinya di semua pantai di Bali selalu ada tempat peribadatan. Barangkali doa lebih didengar ketika disampaikan di ujung-ujung tanah Dewata. Pura di Gunung Payung merupakan Pura Jagad, artinya boleh dikunjungi Umat Hindu dari kasta apa pun. Sedangkan yang di Pandawa adalah pura khusus untuk Brahmana saja.
area yang dibangun resort golf, tanah cadas disulap jadi rerumputan cantik
Ibu tadi menyarankan agar kami foto di batu cadas pinggir pantai. Namun saya urung karena takut monyet. Di atas sana memang banyak monyet, mereka lucu sekali. Tidak mengganggu pengunjung seperti monyet di pantai lain. Mereka asik sendiri dengan gerombolannya. Saat sunset mulai meredup, mereka segera berkumpul dan pergi menjauh dari pantai. Saya masih bertanya-tanya di mana rumah mereka. Semua tak tergusur karena pembangunan resort golf tadi. 
Gunung payung dari atas terlihat curamnya saja, kelandaian pantai berpasirnya tak terlihat. Namun sepertinya menyenangkan jika pada setiap senja kita bisa duduk santai menikmati biru laut. Ah seandainya pantai seperti ini ada di belakang rumah saja, mungkin tiap sore saya akan menyempatkan duduk-duduk di sana :)

You Might Also Like

5 komentar

  1. Pas lihat foto-fotonya ini di IG langsung mupeng Mbak pengen ke sana, eh sekarang lihat postingan ini lagii.. huhuhu..
    Btw spot favorit kayaknya di batu-batu cadas itu Mbak Nia. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mas Danii aku masih punya stok pantai2 lainnya. Gimana dong, hehehe... Iya kayaknya Mas, soalnya direkomendasiin ibu2 warung, mungkin karena banyak pengunjung lain yg foto di situ :)

      Delete
  2. Eh cakep dan aku baru tau, rada2 mirip ama greenbowl gitu yaaaa

    ReplyDelete
  3. Eh cakep dan aku baru tau, rada2 mirip ama greenbowl gitu yaaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kemarin aku nggak nyempetin ke Green Bowl Mas, sengaja disisain buat balik lagi :p *halahalesan

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram