Trend Generasi Millennial: Social Shopping dengan Aman dan Mudah

19:25

Assalamualaikum. Generasi millennial merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyebut orang-orang yang lahir pada periode 1981 hingga 1997 atau menjelang tahun 2000. Generasi ini dikenal juga dengan istilah generasi Y. Secara populasi, kabarnya generasi millennial lebih besar dibandingkan generasi baby boomers. Ikut bangga sih jadi bagian dari generasi yang sekarang sedang ada dalam usia produktif ini.
Namun demikian generasi millennial maupun generasi Y sering dikaitkan dengan hal-hal yang negatif misalnya dianggap pemalas. Padahal generasi millennial itu belum tentu benar-benar malas. Bisa jadi mereka sangat menyukai kepraktisan dan kemudahan sehingga dianggap malas. 

Seperti yang kita tahu, generasi Millennial bertunbuh menjadi pengguna teknologi. Apalagi sekarang era internet semakin booming. Platform sosial media sangat berkembang dengan pesat. Komunikasi dan interaksi banyak dilakukan melalui sosial media. Semua hal bisa diselesaikan dengan online, terutama belanja. Banyak aplikasi di smartphone yang memudahkan kita untuk berbelanja melalui internet. Sosial media pun berkembang pemanfaatannya. Tak hanya digunakan untuk berinteraksi dengan teman lama maupun teman baru. Sosial media juga dijadikan sarana jual beli yang nyatanya tak pernah sepi.

Apa sih Social Shopping?

Ada yang bingung apa itu social shopping? Social shopping bukan tentang belanja untuk charity lho ya. Meskipun charity dan zakat merupakan hal yang baik, dalam post ini saya bukan mau membahas tentang hal-hal baik dan sosial tersebut. 

Saya baru tau pengertian social shopping sewaktu ikutan event yang diselenggarakan oleh UANGKU di Artotel Thamrin. Mba Fanny Verona, Marketing Director - Global Pay Indonesia Marketing strategy, brand strategy, digital marketing, content marketing, PR (luar biasa banyak sekali yang dihandle Mba Fanny ya) sewaktu acara tersebut menjelaskan bahwa social shopping merupakan kegiatan jual beli online di berbagai kanal sosial media seperti facebook, instagram, twitter dan LINE. 
Mba Fanny yang super smart :)
Jadi sebenarnya kita semua sudah sangat tidak asing ya dengan social shopping. Hanya saja kita sering menyebutnya online shopping. Padahal ada sedikit perbedaan antara social shopping dan online shopping. Bedanya ada pada platformnya. Online shopping bisa saja menjadi social shopping jika e-commerse yang menyediakan jasa online shopping memasarkan produknya melalui platform social media. Jadi online shopping lebih umum dari social shopping.

Ngaku deh, di antara teman-teman yang baca blog ini, ada nggak yang tidak memfollow akun social media online shop di instagramnya? Pasti lebih banyak yang follow ya. Sepertinya kecenderungan kita, termasuk saya, lebih suka belanja dengan melihat instagram online shop karena merasa lebih dekat dan lebih merasa relate. Selain itu kita tidak terintimidasi dengan newsletter yang selalu dikirim setiap hari ke email kita karena jarang sekali online shop yang membuat newsletter via email. Bahkan beberapa online shop yang sudah sangat terkenal di instagram atau facebook sering kewalahan karena barangnya selalu ludes hanya dalam jangka waktu satu jam setelah mereka mengupload produk barunya. 
Millennials sejati :p
Berdasarkan data dari Global Pay, sebuah perusahaan teknologi finansial yang beroperasi di bawah Digital Money Group dari SMDV yang di Indonesia ditunjuk menjadi partner strategis UANGKU oleh PT. Smartfren Telekom Tbk, setiap harinya terjadi 2,7 juta transaksi dari social shopping. Selain itu, ada data mencengangkan lagi nih. Delapan puluh persen dari total transaksi online yang terjadi itu didominasi oleh social shopping. 

Eh, nggak usah takjub-takjub amat dengan angka 80%. Mungkin salah satu di antara kita minimal seminggu sekali menjadi kontributor dalam persentase yang cukup besar itu. Ya kan? Fakta ini didukung dengan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada Oktober 2016 bahwa 51,5% pengguna internet di Indonesia aktif menggunakan sosial media untuk transaksi jual beli online. Jadi, social shopping memang sangat besar peminatnya di Indonesia. 

Balik lagi ke data dari Global Pay nih, ternyata barang paling laku di instagram dan LINE itu adalah casing handphone dan aksesoris (3 trilyun transaksi per bulan). Kemudian di bawahnya adalah produk kecantikan dengan angka transaksi 2 trilyun per bulan. Untuk teman-teman yang mau berjualan, mungkin kedua produk tersebut bisa dipertimbangkan untuk dijadikan komoditi utama dagangan online shop kalian. Siapa tahu laris manis, ya kan?

Proses Transaksi Social Shopping

Biasanya transaksi jual beli via social media itu prosesnya pembeli order dulu melalui sosial media atau platform online chat seperti LINE atau whatsapp. Kemudian jika pembeli cocok dengan informasi dari penjual maka pembeli akan melakukan transfer pembayaran ke penjual dan mengirimkan bukti transfer pembayarannya. Penjual akan melakukan pengecekan bukti transfer pembeli ke rekeningnya dan kemudian mengirimkan barang yang dipesan oleh pembeli. Ternyata proses transaksi tersebut memiliki beberapa kerugian untuk penjual dan pembeli lho.

Kelebihan Social Shopping

Serunya event, bisa ketemu teman-teman bloggers :D
Berbelanja dengan Social Networking Service (SNS) memang lebih menyenangkan bagi millennials karena lebih personal. Apalagi sekarang banyak selebgram yang diendorse produk-produk yang berjualan online. Influencer yang diendorse biasanya lebih menarik minat para pembeli karena merasa lebih relate dengan apa yang dipakai orang yang dia follow itu. Sarana promosi ini seringkali lebih mengena dibandingkan iklan di televisi yang diperankan oleh artis.

Social Networking Services ini merupakan penyelamat bagi para millennials yang memang setiap waktu selalu terkoneksi dengan sosial media. Social shopping seolah menjadi penyelamat mereka. Sambil berinteraksi dengan teman-temannya atau melihat timeline terkini dan memantau trend yang sedang hits, millennials bisa sekalian belanja di platform social media.

Kekurangan Social Shopping

Bagi Penjual:
Penjual akan mengalami kesulitan untuk melakukan pengukuran dari sisi efisiensi proses manual yang kadang tak mengenal waktu. Jika pembeli komplain maka ia harus menanggapi sesegara mungkin. Padahal bisa saja si penjual sedang sibuk dengan urusan pribadinya. Bisa dibilang proses jual belinya sangat bergantung dengan orang. Apabila mempekerjakan orang lain pun si oenjual harus benar-benar mengontrol supaya pelayanan yang diberikan sesuai standarnya. Kadang kala transaksi jual beli seperti ini sering terganggu dengan human error karena terlalu lelah atau kebetulan sedang lalai. 

Penjual rawan juga terkena penipuan bukti transfer palsu, atau retur barang yang tidak sesuai ketentuan. Misalnya ketika pembeli komplain barang yang diterima mereka dalam kondisi tidak bagus atau kurang sesuai, pembeli semestinya mengembalikan barang tersebut untuk kemudian dikirimkan produk baru yang lebih sesuai oleh penjual. Bisa saja si pembeli tidak mengirim kembali barang tersebut, penjual mungkin sudah terlalu sibuk jadi tidak bisa mengkonfirmasi ke pembeli untuk menanyakannya. Entah karena sungkan mengganggu hubungan baik, atau karena lupa.

Bagi Pembeli:
Sedangkan pembeli rawan mengalami kerugian tentang keamanan, risiko penipuan. Apalagi di Indonesia belum ada regulasi yang mengatur tentang social shopping. Jika ada masalah dalam transaksi jual beli melalui online shopping maupun social shopping belum ada pihak ketiga yang bisa menjadi mediator untuk menyelesaikan sengketa. 
Shopping happily is a must :)
Saya pernah mengalami belanja melalui social media dan ternyata barangnya kurang sesuai dengan yang ada di foto. Warna, ukuran, dan size sering menjadi sumber masalah ketidaksesuaian. Selain itu teman saya pernah dituduh belum membayar ketika dia komplain barangnya belum dikirim dalam jangka waktu satu bulan. Sebel nggak sih udah nunggu lama, eh dituduh belum bayar. Mau nyalahin siapa dong? Belum lagi cerita-cerita tentang penjual online shop yang kemudian menutup akun dan mengganti semua kontak padahal ada beberapa transaksi yang sudah dibayar pembeli tapi barangnya tak pernah dikirim.

Solusi Masalah Metode Pembayaran yang Aman untuk Pembeli dan Nyaman untuk Penjual

Tadi udah sedikit dibahas ya beberapa kerugian yang bisa dialami pembeli dan penjual saat bertransaksi dengan sosial shopping. Masalahnya adalah tidak ada garansi keamanan ketika pembeli sudah membayar ke penjual. Asasnya hanya kepercayaan. Padahal belum ada payung hukumya jika terjadi penipuan melalui sarana belanja ini.

Dari situ kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kita, para millennials yang lebih nyaman berbelanja melalui social shopping ini membutuhkan sarana pembayaran yang aman dan mudah
Let's meet UANGKU

Let's Meet UANGKU..

Ternyata sudah ada solusi untuk masalah yang bisa mencegah kerugian yang dikhawatirkan penjual maupun pembeli. Sekarang ada UANGKU, a mobile wallet that connects individuals to make payments for social shopping simple and safe 

UANGKU memiliki fitur BUYER PROTECTION yang aman untuk bertransaksi online karena uang yang kita bayarkan melalui transfer akan disimpan dan ditahan dulu oleh mereka hingga kita menyatakan bahwa barang sudah diterima sesuai pesanan. Pembeli jadi aman dari penipuan deh.
Untuk penjual juga ada fitur AUTO CONFIRMATION yang memudahkan penjual dan pembeli dan "bisa menjaga hubungan baik" antara penjual dan pembeli karena nggak ada lagi curiga-curigaan di antara keduanya. Selain itu penjual juga jadi aman dari pembeli yang "usil."

Seru ya ternyata UANGKU bisa memfasilitasi penjual dan pembeli dengan keamanan yang terjamin dan kemudahan yang memanjakan generasi millennials yang maunya serba simple. Saya sudah download aplikasinya. Kapan-kapan akan saya post pengalaman berbelanja dengan mobile wallet ini. Saya lumayan suka dengan konsep mobile wallet karena saya kadang lupa pergi-pergi nggak bawa dompet. Apalagi mobile wallet ini nggak ada biaya administrasi kan, jadi lumayan buat menyimpan dana konsumsi sehari-hari. Yeay :D

You Might Also Like

16 komentar

  1. Selanjutnya, mari kita beli minuman manis nan dingin itu pakai uangkuid kan diskon 50%

    ReplyDelete
  2. aku dan ifa millenials sejati pujaan sejak dulu kalaa ni hahahahaah XD

    ReplyDelete
  3. Kenapa di sebut generasi Y ?? Bukan X atau Z ??? #PertanyaanNgakPenting hahaha.

    Btw konsep sakuku ini kayak belanja di kaskus, jd duit ditahan dulu sampai barang di terima

    ReplyDelete
    Replies
    1. Generasi X buat yg lahir thn 1965-1980 Mas. Generasi Z itu 1995-2010 :D

      Mirip kaskus, cm UANGKU ini lbh luas aj kali ya bukan cm buat pengguna ;D

      Delete
  4. Akupun baru tau istilah social shopping kemarin,hahaha. Lumayan banget ni aku suka ga sedia cash,hahaha.

    ReplyDelete
  5. Aku generasi millenials yang gaptek hahaha. Selama ini masih memilih beberapa toko online yang terpercaya dan punya sistem rekening bersama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Li, yg punya rekber gitu emang bikin lebih terpercaya kan. Kita jd sedikit terlindung kalau barang yang dipesan gimana2. :)

      Delete
  6. kece banget ya uangku...
    boleh nih jadi solusi buat aku yang lagi merintis jadi online seller
    thx for sharing kaka nia :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Ingga, lumayan aman buat online seller nih. Ga perlu repot2 cek confirm payment dari pelanggan dan lebih aman dr penipuan bukti transfer palsu :D

      Delete
  7. waahh bagus juga ya ini uangkuid ,, banyak diskonnya juga yaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya mayan banyak Mba Qia diskonannya, cuma fokusnya lebih ke kemudahan dan keamanan pemakainya nih Mba bukan ke diskon. Tapi aku intip2 tenantnya favorit banyak orang sih :D

      Delete
  8. Pantesan ngga bs ikutan karena akooh bukan generasi milenial hahahaha. Btw aplikasi ini perlu konek internet apa ngga? Kl perlu agak susah juga yaaaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Perlu Mba kayaknya. Btw kata atasanku di kantor beliau generasi milenial jg (she is older than Mba Sandra). Beliau bilang kalau millenial itu bukan dilihat dr tahun lahir, tapi lifestyle. Gaya hidup Mba Sandra mah millenial sekali Kaka :D

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram