Assalamualaikum. Salam sejahtera. Minggu lalu saya sekeluarga menyempatkan liburan ke Jogja. Kami bertiga plus adik saya. Saat ini Kai masih bayi usia 10 bulan. Kai kadang tidak mau makan bubur instan. Kebetulan sewaktu liburan kemarin gigi Kai yang bawah baru nongol dan dua gigi atasnya on the way menembus gusi. Jadi kadang mau makan yang solid, kadang pengen yang lembek. Sesekali mau nasi, lain waktu maunya yang bisa digenggam. Daripada pusiang yaudah kita coba ajakin Kai ke resto aja. Tentu nyarinya yang family friendly. Nanamia Pizzeria ini saya dapatkan infonya dari Mas Adjie, kakak kelas saya pas sekolah dan kuliah yang juga sudah berbuntut satu. Karena anaknya juga masih balita, jadi saya yakin sama rekomendasinya. Eh begitu ngecek Nanamia Pizzeria di Tripadvisor, ternyata dekat dari Greenhost, hotel yang kami inapi.
Bagian depan Nanamia Pizzeria kayak rumah biasa. Tapi di dalamnya ternyata bagus. Malah kesan pertamanya romantis. Tapi area romantisnya ini tidak tefoto oleh saya. Kalau penasaran bisa cek di instagram. Jadi semacam backyard tak beratap dengan gantungan lampu gitu. Cakep. Saya mau ngefoto takut melanggar privasi orang lain. Karena nggak sepi-sepi sampai kami pulang yaudah nggak ngefoto area sana.
Tersedia playground dengan penerangan yang sangat baik dan mural di dinding dengan tema satwa di hutan dan pulau-pulau di Indonesia. Playgroundnya sebenarnya sederhana cuma karpet main itu sama aneka balok dan dadu. Tapi hal itulah yang membuat Nanamia Pizzeria jadi beda dan punya nilai lebih. Nyatanya semua anak kecil yang datang makan ke sini dengan orang tuanya, hampir semuanya menyempatkan mampir ke playground tersebut.
Tersedia playground dengan penerangan yang sangat baik dan mural di dinding dengan tema satwa di hutan dan pulau-pulau di Indonesia. Playgroundnya sebenarnya sederhana cuma karpet main itu sama aneka balok dan dadu. Tapi hal itulah yang membuat Nanamia Pizzeria jadi beda dan punya nilai lebih. Nyatanya semua anak kecil yang datang makan ke sini dengan orang tuanya, hampir semuanya menyempatkan mampir ke playground tersebut.
Selain di playground, ada beberapa area di Nanamia Pizzeria yang dindingnya bergambar gitu, termasuk toiletnya yang bagus banget muralnya.
Kai yang lagi belajar mengenal gambar binatang suka minta dititah ke dinding playgorund. Sayangnya tidak ada keterangan apakah sandal dan sepatu harus dicopot. Jadi pertamanya Kai main sama Kakak-Kakak ada yang lepas sepatu ada yang enggak. Kemudian ada anak berbahasa Rusia datang dan copot sepatu. Setelah ia pergi ada anak dengan bahasa Inggris datang, naik aja gitu sesandal-sandalnya. Kemudian saya ajak ngobrol, saya bilang sebaiknya dia melepas sandalnya. Eh malah nangis lari ke bapaknya. Saya jadi nggak enak tapi kesel soalnya Kai kan merangkak di karpet itu. Jadi kotor tangannya. Tapi saya juga kasihan sama anak yang nangis, semoga dia nggak trauma ya. Saya ngomongnya baik-baik kok, suwer deh.
Untuk makanannya tentu khas Italia ya sesuai namanya. Tapi ada beberapa menu yang merangkul kearifan lokal. Misalnya jamu. Saya pesan healthy booster yang terdiri dari jahe, kunyit, biji sirsak, jeruk nipis, dan gula jawa. Rasanya enak seger karena disajikan dingin tapi berasa bikin badan enakan. Kemudian saya pesan Mango Lassy, suami pesan Lassy juga tapi lupa yang mana. Enak sih, mengobati kekangenan saya sama Lassi yang dari Pakistan.
Untuk makanannya saya pesan pizza Margherita untuk dimakan bersama. Adik dan suami saya pesan Fettuchine Fungi dan Alfredo. Pizzanya oke, untuk Fettuchine enak tapi nggak yang istimewa banget. Menang banget di porsinya yang besar dan bahannya yang terasa fresh. Dengan range harga 30-40ribuan ini termasuk murah ngasih porsinya.
Untuk makan Kai saya ambilkan Fettuchine Fungi, saya pisahkan pakai piring yang untuk makan pizza. Sesekali saya kasih pizza juga. Habisnya nggak sebanyak biasanya sih tapi lumayan. Cuma ya nggak bisa mindful eating di baby chair karena anaknya minta turun. Kai ngegodain rombongan Kakak toddler dan mereka ketawa-ketawa mainan ngaget-ngagetin Kai.
Untuk makan Kai saya ambilkan Fettuchine Fungi, saya pisahkan pakai piring yang untuk makan pizza. Sesekali saya kasih pizza juga. Habisnya nggak sebanyak biasanya sih tapi lumayan. Cuma ya nggak bisa mindful eating di baby chair karena anaknya minta turun. Kai ngegodain rombongan Kakak toddler dan mereka ketawa-ketawa mainan ngaget-ngagetin Kai.
Setelah rombongan si Kakak pergi, Kai minta ngider tentu dengan dititah karena belum bisa jalan sendiri. Kemudian ketika kami lelah dia kabur merangkak ke mana-mana. Hahaha. Tapi staffnya Nanamia ramah semua, pada say hi ke Kai yang beredar. Area Nanamia Pizza ini luas banget jadi Kai ampe capek tuh ngider gamau berhenti.
Untuk area yang tidak beratap dan ada lampu-lampu romantis tadi tuh ada yang ngerokok makanya saya urung makan di sebelah sana.
Kalau ditanya mau balik ke sini nggak kalau ke Jogja, saya akan jawab jelas mau main lagi ke sini malam-malam. Suasananya asik sekali. Kai yang biasanya udah bobok selepas adzan isya pun bisa nggak cranky sama sekali, hihi. Kami bertiga yang dewasa tadinya udah capek mager males keluar. Tapi begitu ke Nanamia Pizzeria jadi pengen berlama-lama nyantai duduk-duduk meski kadang harus ngikutin Kai ke sana ke mari.
Adik saya yang sudah 7 tahun di Bali sampe nyeletuk "ini kayak bukan di Jogja ya," saking banyaknya turis asing di Nanamia. Barangkali Nanamia Pizzeria bisa menjadi referensi untuk keluarga dengan anak kecil atau traveller yang sedang ke Jogja dan sudah menjelajah kuliner lokal kemudian ini merasakan suasana yang lain.
Adik saya yang sudah 7 tahun di Bali sampe nyeletuk "ini kayak bukan di Jogja ya," saking banyaknya turis asing di Nanamia. Barangkali Nanamia Pizzeria bisa menjadi referensi untuk keluarga dengan anak kecil atau traveller yang sedang ke Jogja dan sudah menjelajah kuliner lokal kemudian ini merasakan suasana yang lain.