Phuket Day1

17:23

Pagi itu sejak pukul 07:00 kami sudah bersiap-siap untuk menyusuri Phuket. Kami berjalan dari Lub Sbuy Guest House ke kanan, rencananya mau ke Patong Beach naik Bus dari depan pasar. Saya memilih menginap di Phuket Town karena relatif sepi. Tidak ada musik hingar bingar sebagaimana di Patong. Dunia malamnya juga normal, artinya pukul 21:00 saja sudah mulai sepi. Jika kamu menyukai hiburan malam dan segala keramaiannya maka saya sarankan menginap di area Patong Beach saja. 

Di Phuket rasanya seperti sedang di wilayah Indonesia juga. Hal ini karena orang-orangnya dari segi wajah, warna kulit dan posturnya mirip sekali dengan orang Indonesia. Suasana di Phuket juga mirip di suatu kota yang belum terlalu ramai di sini.

Dalam perjalanan ke pasar kami melewati On On Hotel yang katanya dulu untuk shooting film apaan saya lupa. Hehe, Hotel ini adalah hotel pertama yang berdiri di Phuket pada tahun 1929. Saat itu hanya industri pertambangan di Phuket. Wisatanya belum berkembang, Desain bangunannya menggunakan gaya Portugis. Untuk yang suka dengan hal-hal berbau jaman dulu dapat mencoba merasakan menginap di The Memoey Hotel ini. Lokasinya di Jalan Phang-Nga Road, jalan utama di Phuket Town. 
Sebagai kota tua, terdapat 2 clock tower di sekitaran Phuket Town. Salah satunya berlokasi di dekat On On Hotel. Clock Tower selalu diposisikan di perempatan jalan. Ternyata jalan-jalan pagi begini di Phuket Town mendatangkan banyak pengalaman tersendiri untuk melihat dan mengamati kegiatan orang lokal.
Untuk menuju pasar, di mana songthaew (angkutan umum dari Phuket ke Patong) berlokasi, maka kami harus meneruskan perjalanan dari Clock tower tadi lurus terus, jika sudah menemukan pertigaan silakan pilih ke kiri, setelah itu akan ada perempatan, pilih ke kanan, sampailah kami di Pasar. Pasarnya sama seperti di Indonesia, sudah dibuatkan bangunan permanen yang lumayan. Barang2 yang dijual pun sama seperti kebanyakan pasar di sini. 

Kami sarapan di salah satu cafe di seberang pasar, saya lupa namaya. Berhati-hati makan di cafe atau rumah makan di sana, tanyakan dulu mengenai kehalalannya. Saya sudah bertanya mengenai makanan di cafe yang saya kunjungi, pihak cafe menjawab makanannya tidak mengandung babi. Tapi enatah kenapa ketika memakan nasi goreng seafood pesanan saya seperti ada rasa wangi yang asing. Semoga itu bukan minyak babi yang digunakan untuk menggoreng masakannya...

Menyadari saya sudah tidak menggunaka telepon seluler sejak di Singapura, saya segera membeli simcard lokal di salah satu kios yang berlokasi di seberang pasar juga. Saat itu November 2011, di sana Blackberry tidak tekenal sehingga saya dan Mas-Mas penjaga kios pulsa sulit berkomunikasi. Akhirnya entah ide saya apa si Mas penjaga kios, saya menelpon customer service salah satu layanan seluler di Thailand dan mendapatkan petunjuk pengaktifan paket Blackberry untuk kartu seluler perusahaan tersebut. Tentu dengan perjuangan keras menerjemahkan Bahasa Inggris Mbak Cs yang cukup sulit dimengerti. Tapi bisa jadi ia juga kesulitan menangkap Bahasa Inggris saya. Haha.

Setelah kenyang dan memiliki akses internet di Blackberry, kami segera naik Songtaew. Tarifnya 25 Baht dari Phuket Town ke Patong Beach.
Karena saya baru sekali ke luar negeri dan kemarin di Singapura apa-apa serba mudah, maka tadinya kami nggak mikir bakal turun di mana. Akhirnya kami bingung. Ketika kebetulan Songtaew melewati Jungceylon Shopping Center, kami refleks memilih turun. Mall adalah tempat yang paling aman untuk orang yang tak tahu apa-apa supaya nggak kelihatan celingukan :D

Desain mallnya bagus sekali. Konsepnya seperti di Ciwalk Bandung. Tidak vertikal tapi horizontal dan nyaman untuk pejalan kaki. Banyak sudut-sudut cantik untuk berfoto. Sepertinya mall ini dibuat supaya mirip wahana wisata. Pantas saja pengunjungnya banyak yang betah berlama-lama. Banyak sekali tempat spa khas Thailand di sana.
Dari Jungceylon kami berjalan kaki menyusuri keramaian Patong, saya menemukan long flowerry maxi dress cuma 100 baht, aaaa...lucky! Padahal nggaka da niat belanja, tapi dengan mudahnya tergiur ketika melihat barang murah. Sepanjang jalan di Patong isinya club2 dengan dentuman musik yang kencang dan pertokoan yang menjual baju. Di siang hari bolong clyb2 tetap buka. Di kanan jalan menuju Patong ada 1 lagi shopping center yang ukurannya agak kecil. Semacam ITC gitu. Pengunjung yang tak suka alam pasti gampang tergiur kios-kios di pinggir jalan deh.

Tak disangka Patong Beach itu agak biasa. Pasirnya agak putih, namun saat itu cuaca agak mendung jadi air lautnya tak begitu biru. Patong Beach bagi saya seperti taplau (tapi lauik) Pantai Padang karena banyak bukit2 di sekitaran pantai, cuma dengan kondisi jauh lebih bersih dan ada deretan tempat berjemur bagi turis. Memang standar kebersihan selalu membedakan kualitas objek wisata di negara kita dengan negara lain T.T

Walaupun di pinggir pantai, franchise2 besar internasional ada di sini. Watsons, Mc D, Pizza Hut ada di pinggiran pantai.Banyak wahana permainan air seperti jet ski, banana boat, parasailing dll yang bisa kita coba di sini, mirip seperti di Benoa Bali ya :D
 Di pinggiran jalan di Phuket banyak sesaji atau sejenis candi kecil seperti ini, mirip di Bali juga...
Karena tadi waktu kami tak terasa banyak dihabiskan di Jungceylon Mall dan jalanan di sekitar Patong Beach, jadi kami tidak sempat ke pantai-pantai lain yang lebih indah yang berlokasi di Phuket, kalau teman-teman punya waktu lebih, sebaiknya luangkan waktu sekalian ke pantai2 lain. Kami benar-benar wisatawan pemula, dan saya menghancurkan jadwal dengan tergiur melihat-lihat  mall melulu :)

Pulangnya saya mampir di Central Festival,sejenis mall, kali ini lebih besar dan lebih mewah dari Jungceylon. Kami mampir di sini untuk makan di McDonalds.


Bus dari Central Festival ke Phuket Town tarifnya 20 Baht. Kami sampai di Phuket Town petang hari sebelum magrib dan memutuskan untuk mencari paket one day tour ke PhiPhi, kami mengunjungi beberapa jasa tur, jangan sungkan dan malu2 untuk terus mencari sampai menemukan paket terbaik dengan harga termurah yah. Karena membeli untuk besok yang kata si Ibu travel sudah sangat mepet, kami kehabisan paket yang kapalnya lebih cepat, kami dapat paket ke PhiPhi plus snorkeling di Mahya Bay 750 Baht.

Malamnya kami ingin melihat "Simon Cabaret" yang cukup terkenal itu, namun karena lagi-lagi berdasarkan perhitungan waktu kurang memungkinkan, jadi kami putuskan untuk menyusuri tempat2 belanja di Phuket sekalian cari oleh2. Saya menyusuri tempat2 belanja yang di sebutkan dalam buku Mba Claudia Kaunang dan Mas Ariyanto, hehehe. Makasih banget buat kedua penulis itu. Tidak ada mall besar di Phuket town. Karena sekali lagi, kami wisatawan pemula yang cupu, kami takut naik tuktuk, khawatir dimahalin, jadilah jalan kaki kemana-mana. Kami full jalan kaki malam itu, padahal jarak yang ditempuh saya yakin jauh banget, tapi karena enjoy dan daripada nyasar atau diputer-puterin naik tuk2, jd pilih jalanMalamnya kami makan di KFC yang dekat dengan Robinson Phuket Town.

Bank dan Money Chenger di Robinson Phuket Town buka sampai malam. Jadi kalau kehabisan dana masih bisa nuker duit di malam hari. Malam itu kami menemukan clock tower yang lain yang berbeda dari tadi pagi.
Saat itu saya masih belum menyadari bahwasannya menikmati suasana kota dan alam di lokasi yanga sing seperti ini jauh lebih penting dari belanja dan mencari oleh-oleh. Well, lesson leraned :)

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram