Festival Kesenian Yogya, Anak Muda Main Ke Pasar

21:25

Sore itu punggung saya mulai berat, rupanya naik motor dari area Malioboro ke Prambanan dan Ratu Boko sudah mulai terasa sedikit lelahnya. Mungkin karena terpaan angin dingin di sekitar Ratu Boko. Saya memang tak kuat berlama-lama naik motor, kadang sakit punggung atau bisa jadi karena helm yang membuat sekitar kening terutama antara kedua alis terasa sangat berat, hehe. Ada yang sama? Bukan berarti sudah mulai menua kan? Tapi ngomong-ngomong saya sudah sangat jarang pegal di punggung. Bisa jadi karena sikap yang lebih positif, atau karena rajin lari. Heuheu. Meski begitu saya paksakan untuk mengunjungi Festival Kesenian Yogya (FKY), karena saya pikir event ini pasti keren banget, sebuah festival kesenian namun diselenggarakan di pasar, penasaran di sana kita bisa melihat apa, ngapain aja dan ada kegiatan apa di pertunjukannya. Rasa penasaran ini membangkitan energi yang mulai low, menjadikannya tekad bulat tidak menyerah untuk segera glosoran di hotel. halah :p

Ternyata perjalanan tak selancar yang saya kira, karena sudah malam dengan mata saya yang minusnya cukup banyak dan sudah sekian lamanya saya nggak motoran di Jogja, maka saya pun salah belok di UIN, hihi. Sempat hampir esmosi jiwa akhirnya saya minta teman saya memandu dengan google maps dan tibalah kami di Pasar Ngasem. Yeay.

Parkiran sudah sangat penuh, untunglah kami masih dapat satu tempat terakhir di parkiran ujung kanan pasar. Takjub masih ada kios yang buka padahal bukan di area dalam festival, syukurlah kalau event ini menyipratkan rejeki juga bagi para pedagang Pasar Ngasem yang tidak turut serta dalam festival. Bukan apa-apa, akhir-akhir ini sepertinya mulai ngetrend pasar tradisional (atau mungkin modern, pokoknya yang saya maksud di sini pasar, hehe) telah naik kasta menjadi tempat nongkrong anak muda. Sebutlah Pasar Santa yang lantai duanya kini sepertinya sudah sangat berkembang pesat menjadi wadah para pengusaha muda untuk jualan juga di pasar dengan packaging yang kekinian. Ngopi di pasar pun berkembang pesat sejak adanya ABCD di Pasar Santa. Namun demikian dari pengamatan saya yang awam dan belum pernah ke sana, dari membaca artikel blogger yang blognya pernah saya kunjungi, agaknya terjadi gap yang cukup drastis antara lantai 1 dan 2 pasar tersebut. Lantai dua ramai sekali sementara lantai satu dengan packaging "biasa" yang masih tradisionil sepi-sepi aja. Saya sih seneng banyak anak muda mengusung kreatifitas sehingga pasar naik kasta, cuma saya berharap ada sedikit pemerataan di sana, biar sama-sama kebagian rejeki. Jadi mungkin dengan sekadar beli air mineral botol atau bacaan di lantai 1 dulu barangkali sebelum mampir ke lantai 2 kita bisa turut menebar pemerataan rejeki, yah meski katanya rejeki udah ada yang ngatur sih. Semoga nantinya sama-sama ramai ya. Atau mungkin sekarang sudah? Syukurlah. :)

Malam itu di Pasar Ngasem ternyata sedang "peak season"-nya event ini, ada stand up comedy dari stand up comedian lokal (atau mungkin nasional?) yang sepertinya sangat terkenal sehingga penontonnya membludak, kebanyakan anak kuliahan, bayangin aja ada berapa kampus di Jogja, iya sepenuh itu! Bahkan berjalan pun sangat sulit. Meski begitu saya sangat menikmati sesuatu yang seperti kulit kacang yang menyambut kedatangan kami setelah memasuki gapura yang fotogenic, bagus banget gimana cara bikinnya ya? Seriusan pengen tau ih. Hiasan-hiasan di sana sepertinya dibuat dari bahan-bahan bambu atau kayu. Bahan yang cukup ramah lingkungan, tapi mesti hati-hati jika terbakar. Selain itu di sisi kanan kiri gapura kita bisa melihat hiasan warna warni yang lucu, dan ternyata itu adalah tumbu atau kukusan yang dari bambu dan caping Saudara-Saudara! Haha. Keren!


Kami muter-muter melihat suasana, berkeliling semampunya (kan udah lemahhh) ke semua stand yang ada, sembari diselingi duduk kelelahan ngemper di depan salah satu kios, hahaha. Materi stand up comedy yang disajikan sangat menghibur. Tawa berjamaah meledak setiap beberapa menit. Para pengunjung lalu lalang dengan gandengannya, teman-temannya atau tentengannya, ada juga yang duduk bercengkrama menikmati riuhnya malam di pasar, mereka semua asyik bergembira di dalam keramaian pasar.

Stand yang ada dalam FKY yang mengangkat tema "Dodolan" yang artinya "jualan" ini sangat beragam. Mulai dari buku bekas, buku anak-anak, aneka aksesoris seperti tas dan jilbab, baju, lukisan (yang paling ramai standnya mas pelukis yang melukis dengan kaki karena kondisi fisiknya yang terbatas, lukisannya bagus sekali), makanan dan minuman pun melimpah, bahkan stand jajanan pasar diserbu anak-anak muda. Pada kangen ya sama jajanan pasar yang udah lama nggak ditemui? Bagus banget ya FKY mengangkat budaya ke pasar menjadi trend bagi anak muda. Meski ini event anak muda, nggak cuma yang muda lho yang jualan, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak dari sekitar Ngasem juga turut buka stand. Saat berkeliling, ternyata rumah-rumah penduduk di belakang pasar membuka rumahnya untuk dijadikan angkringan. Semua kebagian rezeki ya, termasuk Bapak Becak, bahkan Pak Polisi kebagian lembur. Semangat Pak! :D

Event ini telah usai awal September lalu. Tahun depan kalau main ke Jogja sempetin ke FKY ya, seru lho. Jika tidak suka keramaian dan berdesakan datang siang aja. 




Salam :)

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram