Kuliner di Semarang

06:29

Seminggu sebelum mendaki Bromo tepatnya 1 September 2014 pada hari Senin saya tiba di Stasiun Poncol Semarang dengan Kereta Ekonomi Tawang Jaya. Ini kali pertama saya melewati jalur utara kereta api Indonesia di siang hari. Ternyata setelah Pekalongan terhampar pantai yang tak tersentuh karna jauh dari pemukiman dan tidak ada akses jalan untuk kendaraan ber-roda. Hanya sawah dan kebun yang terhampar di pinggirannya, bagus sekali. 

Rencananya saya akan tinggal di Semarang tiga hari saja, namun karena ada hal yg urgent saya sudah kembali ke Jakarta pada Selasa sore. Perjalanan singkat yang padat namun penuh kesan.

Tiba di Semarang saya dijemput dan setelah check in ditawari makan apa. Waktu itu saya jadi pingin mencoba soto di Semarang, karena Semarang memang terkenal dengan sotonya.

1. Soto Semarang Pak Man
Meskipun siang terik, menyantap soto semarang tetap nikmat dan segar. Dengan cemilan tempe dan aneka sate-satean misalnya sate telur puyuh dan sate kerang, soto semarang yang dihidangkan dalam mangkuk kecil telah cukup mengenyangkan. Soto Semarang Pak Man nikmat segar dan tak terasa penyedap rasanya. Sedap. Dengan sajian seperti ini per orang hanya perlu membayar Rp 15.000.

2. Nasi Ayam Bu Wido
Malamnya saya nyicip nasi ayam. Mirip dengan nasi liwet di Solo tapi nasi ayam lebih manis, sedangkan nasi liwet lebih terasa gurih dari santannya yang kuning. Nasi ayam merupakan nasi yang disajikan dengan kuah manis mirip kuah gudeg, dihidangkan dengan krecek dan tumis kates (buah pepaya muda). Di sini juga banyak aneka sate. Ada juga dadih, hayo yang muslim hati-hati ya. Dadihnya terlihat seperi ati ampela, besar dan menggiurkan. Haha untung saya dikasihtau jadi nggak makan dadih. Nasi ayam nikmat dimakan dengan krupuk. Nasi ayam banyak dijual di malam hari namun ada juga yang jualan untuk sarapan pagi.
Nasi Ayam Bu Wido
Kemuning 1/29
Jl melati selatan

3. Mie Kopyok Pak Dhuwur
Berlokasi di belakang kantor PLN Semarang, apabila dari arah PLN ada di kanan jalan. Lokasi yang berupa tenda tadisional ada di depan. Sedangkan lokasi yang sudah lebih kekinian, dengan kursi baru yang tertata ada di belakang. Waktu ke sana saya berjalan dari arah PLN sehingga tidak tahu jika tempat makannya sudah dibuat apik di bagian belakang. Tapi makan di tenda sederhana sensasinya memang lebih nikmat. Hehe. 
Mie Kopyok merupakan sajian mie dengan lontong, dipenuhi taburan tahu kering yang saya kira asin namun ternyata tidak terlalu asin dan sangat pas disajikan dengan kuah mie kopyok yang coklat namun ternyata tak semanis warna coklatnya, dengan taoge dan seledri semakin mempersegar rasa kuahnya. Bagi saya paling nikmat menyantapnya dengan teh manis hangat.

4. Loenpia Gang Lombok
Loenpia merupakan makanan khas Semarang. Saya senang sekali bisa nyicipin yang legendaris yakni di gang Lombok. Saya tidak mencium "kepesingan" loenpia saat makan di sini. Loenpia disajikan dengan saos coklat kental yang manis dan irisan bawang merah (wah bagus untuk yang masuk angin), serta aneka lalapan dari cabe hijau hingga daun bawang. Jangan kalap melihat ukurannya, satu saja sudah cukup mengenyangkan. Harganya Rp 12.000 saja. :)

Jangan lupa coba es campur yang berjarak satu kedai di sebelah kedai loenpia, harganya Rp 20.000 namun buah-buah di dalamnya sangat segar dan sirupnya sepertinya buatan sendiri khas kedai ini.

Usai dari sini saya checkout dan membeli oleh2 loenpia dan bandeng presto. Lalu terbang ke Jakarta melalui Bandara A. Yani Semarang. Sampai jumpa lagi, Semarang :)

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram