Sahabat Bumi, Nggak Nunggu Punya Banyak Untuk Berbagi

13:29

Pada bulan kedua saya kembali ke STAN kebetulan saya bertemu dengan teman-teman yang hebat yang tidak hanya mengejar kepentingan pribadinya tetapi juga memberikan ruang untuk berbagi. Saya masih ingat pagi itu hari minggu dengan sedikit kantuk karena mulai begadang lagi ketika jadi mahasiswa, saya berangkat menuju Student Center STAN sekitar pukul 08:00. Di sana sudah ada Kak Rico, Arsy dan Dena. Karena ternyata hanya kami yang bisa datang saat itu maka kami segera menuju lapak. Iya namanya lapak, merupakan deretan rumah semi permanen pemulung yang ada di belakang perumahan megah Bintaro. Adik-adik STAN menjadi volunteer mengajar di sana. Rumah singgah yang digunakan untuk belajar itu bernama Bambu Pelangi, merupakan bangunan rumah panggung dari papan dengan cat warna warni dihiasi aneka pot tanaman hias sederhana di terasnya. Ini kali pertama ke sana bagi saya. Di dalamnya ternyata banyak buku hasil sumbangan para donatur, ada yang sudah mulai copot covernya dan beberapa masih bagus. Syukurlah ada yang berkenan memberikan banyak Ensiklopedia untuk mereka. Saya saja yang sekolah dasarnya di desa dengan orang tua yang PNS dulu cuma belajar pakai RPUL, maka Ensiklopedia dengan hardcover merupakan hal mewah di sana. 

Bambu Pelangi benar-benar dikelilingi lapak pemulung. Tak disangka anak-anak di sana langsung antusias memanggil Kak Arsy dan Kak Rico yang sudah mereka kenal dan langsung berlarian ke rumah singgah ketika mereka melihat kedatangan kami. Saya segera membuang kekikukan dan membaur berusaha menemukan cara komunikasi yang tepat dengan adik-adik Bambu Pelangi. Adik-adik yang cewek ada yang deket-deket ke Kak Dena karena katanya ganteng, haha. Mereka awalnya sangat semangat belajar namun banyak juga yang maunya main terus. Itulah tantangan yang harus dihadapi para volunteer, adik-adik di sana tidak semuanya mau maju dan pintar untuk memperbaiki keadaan keluarganya kelak, mungkin karena belum ada teladan demikian dalam hidup mereka juga karena kurangnya bimbingan orang tua yang sibuk seharian mengumpulkan sedikit uang untuk makan sekeluarga esok hari. Maka mungkin menjadi tugas volunteer untuk membimbing mereka. Saya ingat ada seorang adik yang sangat antusias belajar, mengajak saya untuk memberikan soal hitungan, dia cukup cepat mengerjakan soal hitung-hitungan itu dibanding teman-temannya. Ternyata gadis cilik berambut panjang yang selalu ceria dan lincah ini pernah putus sekolah karena orang tuanya tidak memprioritaskan untuk pendidikan anaknya. Syukurlah masih ada pihak-pihak yang memperhatikan kaum terpinggir karena pengawasan dan perlindungan pemerintah sampai saat ini belum merangkul mereka. Jadi anak-anak seperti gadis cilik tadi bisa punya bekal pendidikan sehingga setidaknya mereka akan punya ijazah dan bisa bekerja di tempat lebih baik. Kami bukan pengajar tetap di Bambu Pelangi, bahkan saya sendiri jarang datang. Namun kadang saya ikut jika kakak-kakak D4 ada yang mau ke sana dengan tujuan mensupport agar volunteer dari adik-adik D3 STAN yang merupakan pengajar tetap tidak jenuh dan terus semangat. Selain itu juga agar adik-adik lapak dapat suasana baru yang lebih fun ketika ada kakak-kakak lain yang tidak biasanya datang.

Adalah Sahabat Bumi, berada tak jauh dari Bambu Pelangi, merupakan tempat belajar dan mengaji anak-anak lapak baik dari lingkungan Sahabat Bumi maupun anak-anak lapak lain di sekitar sana. Kondisinya sedikit berbeda dari Bambu Pelangi karena ada pelopor "belajar" yang asli orang sana. Penggeraknya yang saya tahu adalah Kak Oshin. Saat pertama bertemu beliau raut mukanya tampak lelah namun tidak dengan sorot mata dan caranya berbicara yang seolah takkan pernah habis meski banyak hal berat yang telah dan akan dihadapi. Beliau bukan orang kaya raya namun memiliki semangat dan energi luar biasa untuk memajukan anak-anak di lingkungannya. Cara untuk maju dan memperbaiki kondisi yang paling tepat memang dengan pendidikan. Bahkan tanah milik keluarganya pun dijadikan lokasi tempat belajar Sahabat Bumi. Kak Oshin punya visi besar untuk dapat memberikan tempat belajar yang layak bagi anak-anak di lingkungannya sehingga mengajukan proposal yang kemudian pernah saya baca karena saya diminta bantu  mengedit oleh Arsy. Rencana anggarannya mencapai 200 juta rupiah. Gede banget! Ujar saya dalam hati. Membayangkannya saja capek. Terbayang di benak saya Kak Oshin dengan suaminya kesana kemari menyampaikan proposal tersebut. 

Namun seperti keyakinan Kak Oshin dan banyak orang baik lainnya, memang ketika ada niat baik pasti ada jalan. Mulai dari proposal yang tentu saja akan dengan ringan hati dibantu Arsy dan teman-temannya, juga tanggapan dari pengusaha properti sekitar lapak yang berkenan menyisihkan dananya untuk Sahabat Bumi. Sumbangan yang lain saya kurang tahu dari mana. Hingga akhirnya minggu Arsy mengajak kami untuk hadir pada acara peresmian Gedung Sahabat Bumi pada hari Ahad tanggal 14 Desember 2014.
Luar biasa saya pikir, rezeki Allah memang datang dari arah yang tak diduga-duga, kata-kata itu juga sering dilontarkan Kak Oshin. Alhamdulillah perjuangan mereka telah terwujud. Saya yang kontribusinya seiprit pun excited untuk datang. Di sana saya bertemu dengan adik-adik D3 STAN yang menjadi volunteer di Sahabat Bumi. Ternyata Kak Oshin banyak sekali mendapatkan "supporter". Di Sahabat Bumi juga ada teman-teman dari UIN Syarief Hidayatullah yang setiap hari mengajar di sana. Serta masih ada beberapa LSM atau organisasi anak muda lainnya yang membantu Kak Oshin. Bahkan ada artis segala. Where there is a will there will be a way. Namun demikian masih banyak dana yang dibutuhkan oleh mereka, jika ada yang berkenan ingin menyumbangkan apa saja silakan email saya. Ini penampakan gedungnya.
Gedung tampak dari samping belakang
Lantai dua tampak depan
Pada acara peresmian terdapat penampilan beberapa adik-adik Sahabat Bumi. Dimulai dari tarian saman dan tarian lain yang cukup "islami", lalu penampilan adik-adik PAUD yang lucu-lucu kemudian hafalan Al Qur'an Juz 30 juga puisi tentang kehidupan yang begitu menyentuh tentang anak-anak muda yang punya banyak kesempatan dibandingkan mereka yang serba terbatas namun sangat ingin maju. Nah kan, saya yang punya kesempatan belajar lebih aja entah kemana semangat belajar ngafal Juz 30 nya sudah hilang sejak beberapa tahun lalu, tertohok. Mungkin karena kebanyakan dosa T^T
Kak Oshin :,)
Panggung penampilan adik-adik tadi sangat sederhana karena keterbatasan dana. Selanjutnya ada sambutan dari pihak-pihak terkait dan tentunya laporan dana dan sedikit cerita tentang proses pembangunan dari Kak Oshin. Tiap Kak Oshin ngomong ke adik-adik saya selalu menyimak karena luar biasa banget semua pada nurut, padahal mereka banyak banget dan tentunya anak-anak yang kurang perhatian biasanya semaunya atau susah diatur. Membimbing tanpa membentak, tegas tanpa memarahi. Mengenai Gedung Sahabat Bumi sendiri wujudnya nggak main-main, merupakan bangunan bertingkat dua. Nanti akan digunakan untuk belajar mengaji dan juga bimbel mata pelajaran sekolah. Saya mengintip di lantai satu banyak piala hasil prestasi adik-adik yang belajar di Sahabat Bumi. Anak-anak yang keluarganya kurang mampu secara dinansial ini bisa menorehkan banyak prestasi di luar sana. Yuk ikut membuka kesempatan bagi mereka, misalnya ikutan program kakak asuh.
Acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai wujud peresmian lalu mereka semua makan bersama. Semoga Kak Oshin sekeluarga selalu dilimpahi rizki dan kesehatan agar adik-adik yang belajar di sana bisa terus belajar tanpa terkendala dana. Juga semoga ada tonggak estafet yang akan melanjutkan perjuangan Sahabat Bumi nantinya agar adik-adik di lapak pun selalu dapat kesempatan belajar.
Dari cerita adik-adik volunteer katanya adik-adik di Sahabat Bumi lebih sopan dan mau belajar. Jadi mungkin kalau ada anak kecil yang nggak mau diatur, bisa jadi karena belum terbiasa atau terlalu keras cara mendidiknya sehingga membuat ia memberontak, memang perhatian dan kasih sayang yang bisa mengubahnya. Beri kesempatan pada mereka yang belum mengerti dengan cara yang baik :)

Demikian minggu siang lalu yang begitu berkesan.
Salam. :)

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram