Menyaksikan Tari Kecak Berlatar Sunset di Pura Uluwatu

19:47

Bali terkenal dengan aneka tarian tradisionalnya. Salah satu yang tersohor adalah tari kecak. Tarian yang dibawakan oleh puluhan pria yang seringkali mengangkat kedua tangannya ke atas sambil menyerukan "cak" ini tidak menggunakan satupun alat musik. Semua backsound suara yang terdengar cak cak cak berasal dari mulut para penari. Artinya jauh sebelum beatbox menjadi sesuatu yang keren, masyarakat Bali telah menggunakannya dalam backsound tarian daerahnya.
Dari wikipedia saya baru tahu jika tarian ini merupakan karya kolaborasi seniman Bali yakni Wayan Limbak dengan pelukis Jerman Walter Spies. Tarian ini digubah dari Tradisi Sanghyang dan beberapa bagian kisah Ramayana yang kemudian dipopulerkan dengan tur keliling dunia oleh Wayan Limbak dan penari Balinya,

Di sana saya baru tahu jika pertunjukan Tari Kecak ini bercerita tentang Ramayana. Ini mirip dengan Sendratari Ramayana di Prambanan yang pernah saya tulis. Ternyata pengemasan kisah Ramayana bisa berbeda-beda gini ya. Sebenarnya Tari Kecak tidak hanya ada di Uluwatu. Namun karena tergiur background sunset pada tari Kecak di Uluwatu, maka kami pun memilih untuk menyaksikan tari kecak di sana. Karena memutuskan untuk menonton pada hari itu juga, kami booking online melalui situs http://www.uluwatukecakdance.com/. Lalu kami mengontak via chat melalui pin bb yang tertera di sana yakni 5439502B. Tarif untuk dua orang pada libur lebaran akhir Juli lalu adalah Rp 170.000. Pertunjukan tari kecaknya dijadwalkan pukul 18:00-19:00, dimulai ketika matahari sudah akan terbenam di ujung barat Pulau Dewata. Nanti di lokasi kita bisa menunjukkan bukti transfer untuk ditukar dengan tiket pertunjukan. Bahkan line antrian untuk yang booking online dibuat khusus lho, tak sepanjang antrian yang beli langsung.

Ada baiknya menuju lokasi pertunjukan tidak mepet jika ke sana pada peak season liburan seperti saya. Bukan apa-apa, pengunjung yang datang membludak dan stage penonton benar-benar penuh sehingga jika datang duluan kita bisa memilih tempat duduk yang tepat menghadap matahari terbenam. Selain itu kita bisa berjalan-jalan dulu di tebing pantai Pura Uluwatu yang sangat cantik. Nanti akan saya ceritakan pada post yang lain.
Rupanya meski sudah datang duluan, kami salah memilih tempat duduk. Sunset ada di sebelah kiri kami, bukan di depan seperti yang kami harapkan. Jadi jika teman-teman menginginkan spot terbaik yang berlatar sunset, silakan pilih stage yang menghadap gapura, yang persis menghadap laut. Matahari terbenam akan nampak tepat di depan Anda bersama tari kecak. 

Dari pamflet yang diberikan penyelenggara, ada sedikit perbedaan penyebutan nama tokoh Ramayana dengan yang di Prambanan. Dewi Shinta disebut Shita, Laksmana menjadi Truna Laksamana, Hal ini mungkin terkait dengan asimilasi kisah Ramayana di masing-masing budaya.

Ketika jingga sudah menghiasai cakrawala dan panggung pertunjukkan sudah dijejali pengunjung. Seorang pembawa acara mengumumkan bahwa tarian akan segera dimulai. Seketika puluhan pria bersarung kotak-kotak yang tak menggunakan pakaian atasan masuk ke panggung sembari mengangkat tangannya dan meneriakkan cak cak cak beserta bunyi musik lainnya dari mulut mereka. Sebelumnya telah dilaksanakan upacara pembuka yang mungkin bagian dari Tradisi Sanghyang. Ketika para penari kecak sudah duduk melingkari perapian yang telah padam, sesepuh yang membuka ritual tadi kemudian memercikkan air suci kepada para penari. Setelah pertunjukkan kecak yang membuat kami terhipnotis takjub dengan banyaknya jumlah penari dan latar musiknya, lalu cerita Ramayana pun mulai disajikan.
Dewi Kakayi yang merupakan ibu tiri Sri Rama mengasingkan Sri Rama, putra mahkota kerajaan Ayodya ke hutan Dandaka bersama istri dan adiknya, yakni Dewi Sita dan Truna Laksamana. Rahwana yang mengetahui keberadaan Dewi Sita di hutan sangat terpikat dengan kecantikannya. Lalu dengan bantuan patihnya ia mengirimkan kijang supaya Sita tertarik. Benar saja, Sita meminta Rama untuk ditangkapkan kijang yang melintas dengan lincah. Akhirnya Sri Rama pun pergi mengejar kijang. 
Sita yang ditinggal dengan Laksamana tiba-tiba mendengar teriakan. Sita mengira itu teriakan Rama lalu meminta Laksamana membantu Rama ke sumber teriakan. Dari pamflet sanggar tari disebutkan bahwa Sita menuduh Laksamana hendak memanfaatkan kematian Rama (karena berteriak) tadi, hingga Laksamana marah dan meninggalkan Sita sendirian. 

Rahwana hendak menculik Sita yang sendirian namun tak berhasil. Akhirnya ia menyamar sebagai Bhagawan yang hendak meminta air. Sita pun iba dan ketika mengulurkan tangannya untuk memberikan air, Bhagawan langsung berubah menjadi Rahwana dan langsung menarik Sita untuk dibawa ke Alengka. Burung Garuda yang sedang melintas mendengar teriakan Sita dan segera menolong. Namun sayang ia kalah dari Rahwana dan justru sayapnya ditebas.
Rama yang sudah bertemu Laksamana tersesat di hutan Ayodya lalu mengetahui bahwa Sita diculik Rahwana. Hanoman pun dimintai tolong untuk menyelamatkan Sita. Di sini adegan menegangkan berkurang diselingi adegan dialog komedi antara para raksasa abdi Rahwana. Hanoman diceritakan mendatangi Sita dan menunjukkan cincin Rama sebagai bukti bahwa ia datang atas utusan Rama untuk menyelamatkan Sita. Kemudian Sita memberikan bunga kepada Hanoman untuk diberikan kepada Rama sebagai simbol bahwa ia minta diselamatkan. Hanoman lalu pergi ke taman Alengkapura mengobrak abrik Alengka hingga keadaannya tak berbentuk. Raksasa yang tadinya bercanda tadi lalu mendatangi Hanoman dan terjadi pertarungan sengit. Hanoman yang dikeroyok para raksasa akhirnya tertangkap. Raksasa mengikat lalu membakarnya. Namun dengan kesakiannya, Hanoman berhasil keluar dari api dan bahkan memadamkan seluruh api yang membara dengan diinjak-injak. Asli nih adegan pemeran Hanomannya menginkak-injak api sambil melompat lompat lincah. Teriakan kekaguman penonton pun menggema lalu diiringi tepuk tangan.
Iringan para penari kecak dan decakan musik dari mulut para penari menimbulkan nuansa magis tersendiri atas pertunjukkan ini. Keunikan musik pengiring yang tanpa menggunakan alat apapun justru menambah pertunjukan semakin seru. Apalagi latar cerita selalu berganti sesuai gerakan para penari kecak. Tak teraa adegan Hanoman tadi menutup pertunjukan sore itu. Para pengunjung langsung berebutan berfoto dengan para tokoh dan bahkan dengan penari kecak yang tetap  ber-cak cak cak saat difoto. Lalu semuanya berduyun-duyun keluar area Pura Uluwatu untuk mengembalikan selendang dan menuju lokasi parkir kendaraan. Semua orang pasti ke Pura Uluwatu dengan kendaraan karena lokasinya yang benar-benar di ujung pulau.

Berikut informasi mengenai pengelola Tari Kecak Uluwatu:
Sanggar Tari dan Tabuh Karang Boma
Desa Pecatu, Darwis Uluwatu
I Made Leper 081999831599
I Made Murah 081922015584

You Might Also Like

13 komentar

  1. beberapa kali ke uluwatu tapi durung pernah nonton kecak... heuheuheu

    ReplyDelete
  2. dulu pernah ke uluwatu pas study tour, belom kepikiran pengen nonton tari kecak, semoga ada kesempatan ke sana lagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin. Semoga ada rezeki ke Bali lagi ya Mba ^^

      Delete
  3. nonton kecak itu seru yaaa... aku pas hanimun kynya, abis itu blm pernah lg.. haha...

    ReplyDelete
  4. mamak e, maap menyimpang, seditik usul, lebar bacaannya, disempitin, kira2 selebar koran, karena menurut pengalaman dan penelitian, tulisan yang terlalu memanjang ke samping lebih cepet capek bacanya, ya kira kira dibuat selebar koran heeh,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah gitu ya ternyata. Baru tau banget nih. Makasih ya masukannya. :)

      Delete
  5. Syahdu banget tari kecak di uluwatu ini, apalagi ditemani sunset yg kece

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram