Suluban/ Blue Point, Pantai Mempesona di Celah Goa

18:50

Sama halnya dengan Padang-Padang dan Balangan yang berlokasi di Kuta Selatan, Suluban atau yang dikenal dengan Blue Point ini juga cukup ramai dikunjungi wisatawan asing. Di Suluban banyak yang surfing karena ombaknya lumayan besar. Untuk menuju pantai ini kita harus menuruni anak tangga yang awalnya biasa saja namun lama-lama makin terjal. Jika sudah sampai pada anak tangga terjal yang berada di kolong goa, artinya sudah akan sampai di pantainya. 
Suluban berasal dari bahasa lokal "mesulub" yang artinya berjalan di bawah sesuatu. Mungkin karena harus melewati kolong goa, maka tempat ini dinamakan Suluban oleh penduduk lokal. Sedangkan nama lainnya adalah Pantai Blue Point. Biasanya wisatawan mancanegara yang lebih mengenalnya dengan nama Blue Point. Dulunya nama itu digunakan mereka untuk mempermudah mengingat lokasi pantai yang berada di bawah Blue Point Villa. Jadi Suluban dan Blue Point adalah satu tempat yang sama. Lokasinya hanya sekitar 3 km dari Pura Uluwatu yang tersohor. 
Untuk budget traveller seperti saya, pantai ini sangat murah karena hanya perlu membayar tiket parkir motor Rp 5.000,00. Saya bebas menyusuri pantai dari sisi bawah goa hingga sisi lain yang lebih jauh dengan menapaki batu karang yang agak licin karena sering tertempa ombak. 

Cerukan karang yang terhantam debur ombak menghiasi pantai membentuk kolam-kolam kecil yang unik. Warna lautnya bergradasi dari biru kehijauan hingga biru laut. Kita bisa berlama-lama di sini dengan berjemur seperti bule, menonton orang-orang surfing yang lihai mengarungi ombak, atau menunggu sunset. Sebaiknya bawa alas sendiri supaya bisa leyeh-leyeh santai di pantainya.
Cipratan ombak Suluban yang riuh mengundang kita untuk mencelupkan kaki pada kolam-kolam kecil di pinggir pantai. Lalu secara tak terduga ombak besar tiba-tiba menghantam dan membuat basah kuyup. Kalau sudah kepalang basah, main air jadi lebih seru. Ternyata ombak bisa ngajak main dan seru-seruan ya. 

Hati-hati dengan barang elektronik yang dibawa, sebaiknya bawa plastik atau pelindung yang waterproof karena di sini ombaknya agak tak terduga. Kadang hanya riak kecil, namun kadang berupa gelombang yang agak tinggi yang akan segera disambut puluhan papan surfing yang sudah menantinya. Jika ingin menikmati fasilitas yang lebih mewah, keindahan pantai bisa disaksikan dari area cafe dan kursi santai dari villa yang berada di bukit karang di atas pantai. 
Selain kontur pantainya yang unik, Suluban juga menyimpan keunikan lain. Tepat sebelum area tangga yang terjal terdapat banyak kios makanan, pakaian hingga kios tattoo. Tersedia pula tempat untuk bilasan dan WC. Suasana di area ini cukup ramai dan semrawut, tidak seperti di Balangan dan Padang-Padang yang masih sepi dari para penjual. Namun demikian area pantainya bebas dari pedagang. Sayangnya waktu saya ke sana ada wisatawan lokal yang membuang bungkus snack sembarangan. Mereka sepertinya belum bisa mensyukuri gratisnya biaya masuk tempat surgawi ini. 
Saat hendak pulang, saya berhenti di dekat kios cinderamata untuk beristirahat karena cukup lelah dengan anak-anak tangga yang harus kami naiki. Ibu penjualnya sudah cukup tua. Ia sibuk menata dagangannya. Kemudian saya dikejutkan dengan seorang turis perempuan yang menyapa si Ibu dengan Bahasa Jerman. Lalu ada bule lain yang lewat, kali ini seorang pria muda. Ia juga menyapa si Ibu namun kali ini menggunakan Bahasa Inggris. Mereka mengobrol tentang segala hal lalu melanjutkan perjalanan ke pantai.

Saya jadi malu dengan bule-bule itu karena saya lebih minim interaksi dengan warga lokal. Yah, meskipun saya ke Suluban ditemani warga lokal Kuta Selatan, tapi kan saudara sendiri, jadi tak masuk hitungan. Dalam perjalanan menuju parkiran, saya mencoba berinteraksi dengan pedagang cindera mata lainnya yang tidak punya kios. Sembari membelikan gelang cantik untuk sepupu, saya mencoba mengobrol ala kadarnya dengan mereka. Ternyata saya masih sangat "turis" ketika jalan-jalan di negeri sendiri.

Bali memang nggak ada habisnya ya, bahkan di jurang-jurang ujung pulaunya masih tersimpan pantai-pantai yang sangat menawan. Salah satu wujud nyatanya ya Pantai Suluban ini.

Note:
  • Pantai ini kurang cocok untuk anak-anak atau lansia karena medan tangganya cukup terjal
  • Jika ke sini dengan anak-anak harus benar-benar mengawasi mereka secara ekstra karena ombak yang tenang bisa tiba-tiba berubah cukup kencang
  • Bebas biaya masuk, hanya perlu membayar parkir.

You Might Also Like

10 komentar

  1. heuheuehu, udah pernah nih kesini sendiri naek motor dari Lombok :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sangaarr naek motor dari Lombok ik.. Aku cuma motoran dr Nusa Dua aja. Hehe. Apik ya iki. Tapi aku masih craving for lombok, hikshiks

      Delete
  2. yg di bali fotonya agak2 over exposured ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waktu itu belum jago pakai kameranya. Skrg blm jago juga sih tapi dah mendingan, udah bisa milih tone :D

      Delete
  3. Waaah pantai, ombaknya gede jadi gak bisa renang ya, tapi tetep keceeee pemandangannya. *.*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banyak yang renang kok Mba kalau mau, ada area yang asik buat renang. Iya pemandangannya menenangkan banget :D

      Delete
  4. batu2an kadang eksotis ya dan pantai selalu indah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mba ini pantainya cantik plus unik batuannya :)

      Delete
  5. ini pantai dulu pertama kesini sekitar taun 2009 dan belum byk yang tau. Bahkan kios-kios tsb belum ada, apalagi tempat bilasan air hihihi

    Dan dulu pak sopir pun nggak tau kalo ada pantai kece begini.
    Ngeliat dari atas serem2 gimanaaaa gt, banyak karang2 tapi surfers handal berani yak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah 2009, ga kebayang Mba.. jd kayak tempat horor kali ya? Hihi..nah pantai2 di Bali emang kebanyakan ditemukan sama surfer2 kayaknya ya. Mereka pemberani jd org biasa lama2 tau pantai2 cantik yg mereka pakai surfing :D

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram