Perpanjang SIM C dengan KTP Daerah di Jakarta Selatan

09:46

Akhir tahun 2019 saya menyegerakan diri perpanjang SIM karena tanggal lahir saya di awal Januari. Khawatir kelewat seperti yang lalu. Capek sih selalu tes ulang dari awal, udah ganti SIM C 3x dan SIM A udah mati dan nggak pernah nyetir lagi. Ternyata ribet juga tanggal lahirnya awal tahun, haha.
Sumber: https://www.pexels.com/photo/boy-riding-on-white-and-red-underbone-motorcycle-730069/

Saat ini saya berdomisili di Jakarta Selatan namun KTP saya dari luar area tersebut. Untuk lokasi perpanjang SIM A dan C dengan KTP luar Jakarta Selatan tapi mau ngurusnya di Jakarta Selatan bisa di Blok M Square Lantai 3a, di Gandaria City, dan di Polres Metro Jakarta Selatan di Jalan Wijaya II.

Dokumen Persyaratan untuk Perpanjang SIM C:
- dua lembar fotokopi KTP
- dua lembar fotokopi SIM lama
- SIM lama
kalau KTP nya yang masih kertas, bukan e-KTP jaga-jaga aja bawa fotokopi KK dua lembar juga. Saya sangat menyarankan sudah memfotokopi semuanya sebelum ke lokasi.

Nah sebenarnya yaudah langsung ke loket aja bawa syarat dan uang tunai (jaga-jaga mesin EDC gimana-gimana ya kan). Tapi di sini saya mau cerita pengalaman yang mungkin bisa jadi referensi.

Saya bahas satu per satu tentang pengalaman perpanjang SIM online di Jakarta Selatan ya. Untuk yang di Gandaria City saya kurang tahu, jadi tidak akan dijelaskan dalam tulisan ini. Saya akan share yang saya sudah beneran ke sana.

Perpanjangan SIM A dan C di Blok M Square buka dari pukul 12:00. Namun demikian dari pengalaman teman saya yang datang pukul 12:30, loketnya belum buka. Waktu teman saya datang sudah ada beberapa orang yang datang duluan. Salah satu orang dalam antrian tersebut berinisiatif menuliskan nama sesuai kedatangan. Jadi ketika loket buka, mereka langsung menyerahkan ke petugas. Saya kurang tahu di sekitar sini ada tempat fotokopi atau tidak, jadi lebih baik lengkapi semua syarat sebelum ke sini.

Perpanjangan SIM di Polres Metro Jaksel kata teman saya yang lain yang udah duluan sih cepet dan nggak antri. Bukanya dari pukul 08:00. Dia datang jam 08:00 itu juga jadi nyaman nggak ada masalah apa-apa. Tersedia tempat print dan fotokopi di belakang gedung layanan. Lokasi gedung pelayanan SIM ada di dekat masjid/mushola.

Dari pengalaman saya sendiri perpanjang SIM C di Polres Metro Jaksel, saya merasa seperti mau dikerjain. saya datang tanggal 31 Desember 2019 pukul 10:30 karena tadinya saya ke Blok M Square dulu, rencananya mau perpanjang SIM di sana tapi ternyata baru buka pukul 12:00. Daripada nunggu lama atau balik kantor, saya langsung inisiatif ke Polres Metro Jaksel.

Petugas yang ada di depan gerbang masuk ramah banget. Nanyain syarat yang saya bawa sudah lengkap belum, sambil senyum pula. Langsung salut deh saya. Soalnya petugas loket perpanjangan STNK di Blok M Square jutek banget waktu saya tanyain. Mungkin karena beliau tiap hari ditanyai banyak orang dengan pertanyaan yang sama kali ya tentang jam operasional perpanjang SIM, hehe. Maklum deh.

Lanjut ya cerita tentang perpanjang SIM di polres metro jaksel. Pas mau sampai pintu layanan, saya disamperi bapak-bapak yang nanyain "mau perpanjang SIM apa bukan? Mau dibantu apa nggak?" Saya bilang "Enggak Pak, makasih." Kemudian saya masuk langsung disamper petugas yang baru ngobrol sama bapak tadi yang kelihatan baru nunjuk ke saya "mbak itu."

Saya ditawari lagi mau dibantu sama petugas tersebut. Pakai seragam yang sama dengan petugas di tempat pelayanan lho. Persyaratan saya dilihat semua sama beliau kemudian dibilang "Tutup jam 11 nih mau dibantu nggak? Tinggal foto doang, diambil tanggal 2 Januari 2020." Dia mau bantu katanya daripada saya rugi setahun masa berlaku SIMnya.

Saya gemeter antara takut tapi marah banget kenapa layanan publik begini. Mbok ya biarin saya rugi kan dia nggak ikut bayar apa-apa. Karena orangnya gede dan saya terintimidasi, saya cuma kepikiran buat pura-pura nggak mampu aja. Saya udah beberapa kali bilang "Kenapa nggak lewat loket Pak?"tapi nggak mempan. Saya nyeplos "Biayanya beda nggak?" Dijawab "Ya beda," dengan senyum. "Kalau gitu saya mohon maaf saya lewat loket aja Pak." Terus saya dikasih tunjuk tuh ke tempat layanan dengan asal tunjuk. Saya nanya ke petugas di loket kemudain diarahkan ke pendaftaran yang ternyata bukan di loket itu.

Setelah cek syarat dan fotokopi KTP saya bukan fotokopi e-KTP (lagi-lagi karena layanan publik yang mengecewakan nih, btw KTP saya area Tangsel, pengadaannya gimana ya kok bisa kehabisan gitu?), saya diminta menyerahkan fotokopi kartu keluarga juga. Saya bela diri kalau itu nggak ditulis di syarat. Di KTP sementara yang asli itu stempelnya basah dan ada tulisan sebagai penganti e-KTP lho ya. Saya merasa dikerjain sih karena menolak "tawaran bantuan" tadi. Mana diingetin terus kalau dah mau tutup.

Kemudian saya telpon suami, tapi kemudian inget kalau saya punya scanannya di smartphone. Pas suami angkat telpon, saya bilang nggak jadi. Tadinya mau ngadu sekalian tentang saya merasa dipersulit gitu. Yah namanya kaget sama layanan publik ya jadi saya berprasangka buruk.

Saya dikasih tahu lagi sama petugas yang di loket tadi tentang lokasi fotokopian di belakang kantor. Cuma polisi satu ini yang daritadi bener ngarahin saya.

Di fotokopian ada sepasang suami istri ditemenin polisi. Datangnya setelah saya. Untungnya mas fotokopian gercep banget dan tertib jadi saya duluan. Saya tinggal email KK nya ke Masnya dan jadi deh. Sebenarnya saya takut juga diapa-apain si KK itu tapi yaudahlah kapan lagi bisa keluar ngurus SIM. Awal Januari bisa jadi sibuk dan kelewat lagi kan.

Saya masuk lagi memberikan semua syarat kemudian membayar Rp 75.000 lalu dipersilakan ke loket pendaftaran ambil formulir. Saya diarahkan bayar asuransi yang mungkin sebenarnya tidak perlu dan bisa di SKIP RP 30.000. Setelah itu diarahkan cek kesehatan. Timbang berat aja nggak diukur tinggi. Dites penglihatan juga tes buta warna. Bayarnya Rp 25.000. 

Saya mau numpang isi formulir di ruang kesehatan ini karena petugas administrasi dan dokter matanya cewek. Tapi kemudian mereka menyuruh saya isi di loket aja daripada petugas nutup loket karena dikira sudah tidak ada orang. Saya bilang di loket nggak ada bolpen, eh saya dikasih boplen dan disuruh bawa aja ke loket. Saya biasanya bawa bolpen sendiri tapi kali ini lupa, hehe.

Setelah menyerahkan formulir saya duduk menunggu. Sepasang suami istri yang ditemani polisi berseragam tadi kedengeran menegaskan "INI DULUAN." Oh antrian saya yang kena serobot. Kemudian ada juga sepasang suami istri sepuh yang datang dengan oknum yang tadi nawarin bantuan ke saya. 

Di sini saya kesel sih karena lihat si mba yang dianter pakpol itu senyum terus wajahnya. Berdasarkan suudzonnya saya, dia senang. Mungkin merasa powerful atau bangga dengan nepotismenya?

Saya nggak dipanggil-panggil untuk foto. Lalu kedua suami istri sepuh disamper oknum dan tiba-tiba pak petugas oknum ke depan saya nanya udah foto belum. Nyuruh masuk ke tempat foto. Saya bilang aja belum dipanggil. Beliau bilang "Saya yang manggil. Mana ada yang manggil dari dalam wong saya di luar," begituh katanya. Saya masuk kemudian ada seorang wanita yang ditanya apakah namanya Nia? 

Saya langsung nyamber oh itu nama lengkap saya Pak. Jadinya saya yang foto duluan. Dari situ SIM C saya langsung bisa saya ambil di loket. Fotonya tentu kurang memuaskan padahal Bapak petugas foto baik betul tapi saya udah emosi banget melihat kenyataan yang ada. Haha. Tapi fotonya lebih baik dibanding SIM periode sebelumnya sih.

Intinya saya cerita panjang karena males banget jaman sekarang di mana institusi ini sudah dapat remunerasi kenapa ada yang nyari-nyari begitu padahal mungkin ga seberapa tapi traumatis bagi pengguna layanan seperti saya.

Ya semua layanan publik mungkin masih ada oknum. Semoga kita nggak ketemu orang yang "ngerjain" begitu yah. Atau kalau kena alasan aja nggak mampu kayak saya. Saya nggak mau sama dengan mereka yang pakai jalur nggak bener untuk hal sekecil ini. Kalau mau, suami saya jadi nelpon sahabatnya yang udah jadi pejabat di institusi tersebut. Saya nggak bermaksud bragging di kalimat sebelumnya ya. Hanya saja saya sangat menyesalkan kenapa harus bawa backingan orang dalam institusi untuk memperlancar urusan yang sebenarnya nggak masalah? Yuk mulai jadi bener dari diri masing-masing. :)

You Might Also Like

0 komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram