Surat Cinta Untuk Padang

21:01

Terinspirasi dari kamu yang baru menulis tentang Padang, jadi deg-degan ibarat mau ketemu mantan yang ngajak balikan. 

Sampe mules dikit, musti nulis nih. Serius. Mari dituntaskan. 

Kemarin hari jadi Kota Padang. Jika kamu pernah membaca post pertamaku di blog ini "Mimpi Yang Menjadi Nyata" pasti akan tahu pada saat itu betapa aku jatuh cinta pada Kota Padang dengan jalan raya di tepi pantainya yang merupakan impianku sejak masih belajar di Sekolah Dasar. 

Ya, aku ingin tinggal di kota yang jalan rayanya di pinggir pantai. Kupikir cuma ada di luar negeri. Ternyata ada di Indonesia, di tempat SK Definitif pertamaku bertugas menjadi PNS. Kota yang tidak kupilih, tapi mungkin kamu yang memilihku? Benarkah? Jika demikian maka aku hanya bisa memohon maaf karena banyak sumpah serapah kebencian yang pernah kulontarkan, saaat ini aku hanya bisa berterima kasih :)

Kota Padang, kota yang memberikan sejuta tamparan tentang kenyamanan. Kota yang memecahkan keegoisan. Kota yang membuatku sering menangis karena sering kesal dan frustasi. Kota yang menyadarkanku untuk lebih baik dalam bertingkah laku. Kota yang mengajarkanku kesabaran dan kesopanan. Kota yang menjatuhkan kesombonganku. Kota yang mengalahkan kerasnya diriku. Kota yang mengejekku dengan segala keramahan dan kemudahan yang biasa kudapatkan dan kurasakan di "rumah".

Kota yang pernah memberikan cinta, kenikmatan berbagai masakan khasnya dan keindahan alamnya. Dengan pulau-pulaunya yang waktu itu masih bersih dan terjaga ketika travelling belum menjadi gaya hidup penduduk negeri ini. Terima kasih telah memberiku banyak teman dan keluarga baru.

Kalau aku tidak pernah tertempa di Kota Padang, aku belum seperti ini, mungkin.

Bagaimanapun Padang telah membuka cakrawala dalam memandang hidup. Membuatku semakin yakin tentang jati diri. Memantapkan kemandirian dan mengajarkan bagaimana menjadi seorang yang tangguh namun tidak kaku. Itu kearifan lokal putra putri kandungmu, aku takkan pernah bisa begitu. :)

Aku tidak akan keberatan untuk kembali ke sana. Namun saat ini aku perlu waktu untuk bernafas, pergi menjauh sejenak, menyembuhkan luka dan bermetamorfosis. Bukankah akan ada rindu ketika kami berjarak?

Aku rindu. Jujur aku kadang rindu. Ibarat sepasang kekasih yang telah lama terbiasa satu sama lain lalu berpisah dan bertemu kekasih baru, aku masih lebih terbiasa denganmu meski banyak luka pernah menganga. Kekasih baruku punya segalanya namun takseindah dirimu. Takseistimewa dan serumit dirimu.

Kini, sudah kumaafkan semua yang pernah terjadi di Padang.

Itu jika kamu percaya. Namun ketika kamu tak percaya itu bukan urusanku meyakinkanmu, mungkin kamu hanya perlu lebih percaya padaku. Aku tak perlu membuktikan apa-apa. Hanya dirimu sendiri yang bisa melenyapkan keraguanmu.

Mungkin jika tidak pernah di Padang aku takkan pernah memulai blog dan belajar menulis seperti ini. 

Jika bukan karena putramu, aku takkan sedemikian cinta padamu, seperti tabiatku biasanya, meninggalkan lalu melupakan dengan mudah. Jadi kutulis ini untukmu dan untuknya. Iya tak apa aku kembali, aku takkan terganggu oleh anak-anakmu yang masih kurang ramah, tak akan, aku janji. 

Selamat hari jadi Kota Padang, aku tak menjaga dan membelamu sebagaimana putra putri kandungmu. Tapi kurasa kamu tahu bagaimana aku peduli dan menyayangimu. Kamu bagaikan cinta pertamaku ketika aku pertama kali keluar rumah. Cepat sembuh dan jangan sering marah ya, aku juga sudah bisa jarang marah lho. 

Semoga putra putrimu terus merawatmu dengan baik, hingga nanti aku kembali padamu dan turut memberikan sedikit kontribusi kembali seperti dulu, meski tidak secara langsung namnun bisa untuk mengembalikanmu menjadi kota yang bersih dan teratur seperti yang dituturkan putra putrimu, kala itu, jauh sebelum aku datang padamu. Tahun-tahun mendatang semoga membuatmu semakin matang dan putra putrimu mengijinkanmu untuk berkembang. :)

You Might Also Like

4 komentar

  1. "Bagaimanapun Padang telah membuka cakrawala dalam memandang hidup" itulah kenapa namanya disebut Padang hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waa iya Mas, mungkin dulu orang jawa juga kali ya yang ngasih nama padang :D
      Makasi sudah mampir :)

      Delete
  2. You're not alone mbak...4 tahun di kota ini pun merasakan hal yang serupa..hehe dan masih mencoba berdamai sampai sekarang :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah sama ya Mba, hihi, ada beberapa teman yang sama lagi nih. Karena saya udah ga di sana jadi cuma bisa bilang semangat dan sabar ya Mba, inget2 seneng2nya aja :D
      Tugas di sana Mba?

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar.
Love, Nia :)

Like us on Facebook

Instagram